Vrydag 23 Mei 2014

LEADERSHIP: Actuating & Directing

Di Gugus Depan X, Pradana (ketua dewan Racana) memerintahkan anggotanya untuk menaikkan barang-barang perlengkapan kemah ke atas truk. Anggotanya terlihat enggan melakukan perintahnya dan menanggapi dengan acuh tak acuh.
Salah seorang anggota dewan ambalan yang cukup disegani berdiri dan berteriak, “Semangat kawan-kawan, mari kita kerjakan!” Karena ajakannya, semuanya jadi bergairah dan mulai bekerja menaikkan barang-barang.
Siapakah pemimpin dalam cerita di atas?
Menurut teori kepemimpinan, baik Pradana maupun salah satu anggota itu keduanya bisa disebut sebagai pemimpin. Istilahnya pemimpin formal dan pemimpin informal.
Tetapi kita akan membahas 2 hal itu di artikel lain.

Kepemimpinan

Ada yang mengartikan kata itu sebagai,
kemampuan memberikan pengaruh kepada orang lain, agar orang yang dimaksud mau mengikuti apa yang dikehendakinya.
Pertanyaannya, apakah definisi itu cukup? Mari kita lihat pada contoh kasus kedua.

Contoh Kasus II

Dalam aksi demo mahasiswa menuntut mundur anggota dewan yang menjadi tersangka sebuah kasus, para mahasiswa menyadera sebuah mobil dinas pemerintah. Salah satu mahasiswa (Mr. X) berteriak, “BAKAR! BAKAR!” Karena teriakan itu, kawan-kawannya terhasut dan segera menggulingkan mobil itu dan mulai menyulut api.
Mr. X berusaha menghentikan kawan-kawannya dan menjelaskan bahwa kata-katanya tadi hanya untuk menyemangati. Tetapi massa tidak mau mendengar kata-katanya dan akhirnya berhasil membakar mobil yang mereka sandera.
Mr. X dalam cerita itu berhasul “menyuruh” kawan-kawannya untuk melakukan perintahnya. Tetapi apakah ia pantas disebut sebagai pemimpin seperti tokoh dalam kisah pertama?
Tentu tidak. Ternyata bukan hanya kemampuan menggerakkan saja yang diperlukan seorang pemimpin. Menurut Prof. S, pamuji (Mantan Rektor IIP Jakarta, 1982) mengemukakan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki 2 kemampuan:
  1. MENGGERAKKAN (ACTUATING),
  2. MENGARAHKAN (DIRECTING)
Mari kita bahas satu persatu dan segala komponennya:

Kemampuan Untuk Menggerakkan

Seseorang perlu memiliki kewibawaan (authority) untuk mampu menggerakkan orang lain. Ada 7 (tujuh) jenis kekuatan kewibawaan:

1. Wibawa Formal (Legitimate Power)

Yaitu kekuatan pengaruh yang dilatarbelakangi karena jabatan formalnya. Seorang warga akan lebih mudah menuruti kata-kata seorang Kepala Desa dibandingkan dengan seorang warga biasa lainnya.

2. Wibawa Karena memberi Hadiah (Reward Power)

Contoh sederhananya adalah hal yang biasa dilakukan orang dewasa pada anak-anak. “Nak, tolong beliin rokok. Nanti kembaliannya buat kamu.” Dengan adanya reward/ hadiah akan lebih memberi motivasi bagi anak yang dimintai bantuan untuk menuruti permintaan. Bentuk penghargaan bisa bermacam-macam, tergantung siapa yang diperintah.

3. Wibawa Karena Mengancam (Coersive Power)

Ancaman tidak selalu bersifat negatif. Untuk beberapa orang terkadan diperlukan ancaman, sekalipun sekedar untuk mengerjakan apa yang sudah menjadi tugasnya.

4. Wibawa Karena Teladan (Referent Power)

Kewibawaan yang paling ideal, tetapi paling berat tantangannya.

5. Wibawa Karena Keahlian (Expert Power)

Seorang istri, menyarankan suaminya untuk berhenti merokok. Tetapi sang suami dengan entengnya menolak, “Ahh, tahu apa kamu soal kesehatan. Kalo jatahnya sakit ya sakit.”
Tetapi akan berbeda tanggapannya jika seorang dokter yang memberi saran dan menunjukkan efek merokok terhadap tubuhnya yang sudah terkena penyakit pernapasan.
Lima komponen di atas diambil dari buku karya John RP French dan Bertram Raven. Sedangkan seorang penulis keturunan Jepang, Amitai Etzione menambahkan 2 komponen lagi:

6. Wibawa Pribadi (Personal Power)

Seperti yang  dimiliki Presiden Soekarno dan Presiden Megawati Soekarno Putri. Secara pribadi, mereka sudah memiliki kharisma pemimpin. Sehingga sosoknya sangat kuat menjadi sosok yang dianuti bagi para pengikutnya. Terlepas penyebabnya karena pembawaan atau faktor keturunan.

7. Wibawa Karena Biasa Memberi Kepuasan Bagi Pelanggan (Renumerative Power)

Jika “pelanggan” melihat profil kita yang selalu memberikan pelayanan dengan baik, dengan mudah kita bisa menggerakkan mereka. Contoh konkritnya adalah bagaimana sikap warga Surakarta terhadap walikotanya. Pada masa sebelumnya, Ir. Jokowi perlu bekerja keras agar terpilih, tetapi lain halnya pada periode ke dua. Karena masyarakat merasa puas dengan kepemimpinannya, tanpa berusaha sekeras sebelumnya, dengan mudah beliau mendapatkan suara mutlak dari pemilih.

Kemampuan Untuk Mengarahkan

Seseorang perlu memiliki ilmu pengetahuan untuk mampu mengarahkan orang lain. kemampuan ini harus dipelajari dan berkembang seiring dengan pengalaman (jam terbang). Antara lain:

  1. PLANNING, mampu merencanakan apa yang akan dikerjakan, memikirka bagaimana prosesnya dan apa akibatnya.
  2. DECISION MAKING, mampu mengambil keputusan, sekalipun ada lebih dari satu pendapat yang sama kuatnya. Keyakinan seorang pemimpin saat memutuskan sesuatu akan menjadi modal penting agar yang dipimpinnya merasa yakin pula untuk mengikuti arahan pemimpin tersebut.
  3. COMMUNICATION, agar didengar dan bisa mengarahkan orang lain menjalankan perintah dengan benar, seorang pemimpin harus mampu menyampaikan perintah dengan jelas sehingga tidak terjadi kesalah pahaman.
  4. CONTROLING, mengarahkan berarti juga harus bisa mengendalikan proses pelaksanaan perintahnya.
  5. EVALUATING, mampu menilai tingkat keberhasilan dari proyek/ pekerjaan yang dipimpinnya.

0 komentar:

Plaas 'n opmerking